Saturday, January 7, 2012

Pengaruh Harga Minyak dengan Krisis Global

Beberapa waktu lalu ada yang bertanya pada saya tentang dampak embargo minyak Iran terhadap IHSG?  Issue embargo Iran akhir-akhir ini telah melambungkan harga minyak. Sebetulnya Iran adalah penyuplai 80% kebutuhan minyak di negara-negara Eropa. Sehingga apabila terjadi embargo, maka Eropa tentu akan mencari alternatif pembelian  minyak dari negara lain dan tentunya hal inilah yang menjadi alasan harga minyak bergerak diatas 100 USD per barrel.

Selain itu, apabila benar Iran menutup selat Hormuz (apabila terjadi ketegangan militer dengan Amerika ), hampir dapat dipastikan harga minyak akan melambung lebih tinggi lagi. Bila selat ini ditutup oleh Iran, maka jalur distribusi akan menimbulkan cost yang lebih tinggi. Dalam hal ini tentu Eropa dan Amerika  sangat-sangat berpotensi sulit pulih / keluar dari krisis ekonomi. Dan hal ini hanya menambah persoalan baru bagi negara barat,  Iran sebagai suatu negara yang saat ini kaya, sangat menyadari peranannya sebagai kunci dari percaturan politik di Timur Tengah melawan negara barat, belum lagi saat ini kekuatan militer Iran berada dalam performa yang bagus.

Apabila harga minyak melambung, sudah pasti akan berdampak bagi perekonomian Indonesia , setidaknya dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Alasannya: dengan tingginya harga minyak maka subsidi BBM pemerintah pada pos anggaran APBN semakin besar. Dengan meningkatnya subsidi maka tentunya pos-pos  anggaran lainnya akan mengalamin adjustment. Lalu apa solusinya? salah satunya adalah menaikan harga BBM sehingga subsidi berkurang, akan tetapi langkah ini cukup riskan, mengingat pemilu semakin dekat. Itu sebabnya Presiden SBY menyurati sekjen PBB agar krisis di Iran tidak menjadi sebuah konflik terbuka.

Krisis ekonomi di eropa belum juga selesai dan masih berada dalam early stage ( permulaan ),  apalagi bila ditambah dengan issue Iran, maka perekonomian eropa dapat semakin terpuruk. Banyak yang berpendapat bahwa perekonomian eropa tidak akan berdampak terlalu banyak pada IHSG, namun jika kita mencermati beberapa statement  Menkeu Agus Martowardoyo, beliau justru cukup sangat serius  dalam mengambil langkah-langkah antisipasi.  Jangan pernah sekalipun meremehkan krisis eropa,  bila saatnya benar-benar tiba, besar kemungkinan IHSG jatuh. Bila 2008 adalah sektor swasta yang kolaps akibat subprime mortgage , maka kali ini yang terjadi bukan lagi sektor swasta tapi NEGARA.

Dalam mengantisipasi krisis eropa, salah satu caranya adalah menciptakan pasar domestik yang bertumbuh, nah persoalannya bila harga minyak melambung, sudah tentu akan menghambat penciptaan pasar domestik karena cost meningkat.

Di pasar saham, hal ini  sudah dianalisa oleh para analis fundamental hedge fund asing untuk range 1 tahun kedepan. Berbagai strategi dan jurus pun di keluarkan, dan seperti biasanya, di mana ada good news, di situlah bahya mengancam. Eropa saat ini dilanda kekeringan likuiditas, dan tentu dana mereka yang ada di emerging market salah satunya IHSG dimana mereka sudah profit banyak ,akan mereka tarik kembali ke negara asal mereka. Yang jelas apabila kita mencermati perjalanan 2011, sangat jelas bahwa yang terjadi adalah fase distribusi. Fase tersebut terjadi pada periode Jan-Maret 2011 dan Agustus- Oct 2011. Banyak analis yang tidak memperhatikan detail ini, namun bila diperhatikan mendalam, maka kita harus REALISTIS dan bukan berharap dengan HOPE. Realistis dalam arti: harus menerima kenyataan BAHWA ADA POTENSI penurunan IHSG  secara signifikan di 2012. HANYA masalahnya KITA TIDAK pernah tahu KAPAN akan terjadinya.

Saya perlu mengingatkan kepada para pembaca agar berhati-hati ketika IHSG mulai berada di bawah level 3800, karena early warning berada di area level tersebut. Dan sebagai informasi tambahan, data net buy sell foreign dalam pekan pertama di January 2012, 70%-80% tidak valid. So..trade with carefully.

Semoga bermanfaat

No comments: