Mencermati pergerakan market pada pekan ini, terlihat market termasuk dalam kategori lesu. Jika kita melihat saham-saham unggulan, terlihat sekali nilai transaksi berada di bawah normal, pertanyaannya :Berapakah Batas Normal dari suatu Nilai transaksi suatu saham?
Banyak orang pertama kali menentukan ramai atau sepinya transaksi suatu saham berdasarkan angka nilai transaksi saham tersebut. Namun sesungguhnya , angka nilai transaksi tidak mencerminkan market behaviour ( perilaku market ). Kita sering mendengar istilah : saham X naik dengan volume memadai. Hal tersebut tidak salah, dan memang benar nilai transaksi saham X tersebut termasuk kategori besar pada hari tersebut, contoh kenaikan saham BLTA yang terjadi pada hari Rabu 16 November 2011, Nilai transaksi BLTA saat itu adalah 84.9 Milyar ( di luar nilai rata-rata transaksi pada umumnya ).
Apa yang terjadi pada Rabu sore dan hari ini ( kamis 17 Nov 2011 jam 10.45 ) ? Nilai transaksi hanya sekitar 7,7 Milyar. Angka transaksi bukanlah hal utama. Angka hanya menyatakan volume, namun ada hal yang jauh lebih utama dari angka transaksi tersebut yaitu SIAPA yang terlibat di dalam VOLUME suatu saham BARU SETELAH itu lihat angkanya. Karena bisa saja volume besar namun lebih porsi retail yang terlibat di dalamnya. Bila hal ini terjadi, maka besar kemungkinan harga meski naik namun tidak akan berlanjut. Yang paling baik adalah harga naik dengan volume besar dan pelakunya adalah smart money. Maka bila kita ikut di harga breakout sekalipun mempunyai kecenderungan aman.
Untuk memahami market behaviour ini butuh waktu proses pengalaman dan waktu untuk monitoring layar. Selain itu butuh memory kuat untuk mengingat apakah suatu pihak yang melakukan pembelian suatu saham di harga masa konsolidasi pada harga berapa. Memang kita tidak dapat menentukan secara presisi, namun gambaran tersebut dapat memberikan kita SENTUHAN AKHIR dalam mengambil keputusan.
Di masa lalu saya sering mengutamakan indikator lalu langsung mengambil keputusan, namun seiring waktu, fakta membuktikan bahwa mengapa masih terjadi kesalahan momentum, kesalahan memilih timing, dan kesalahan menetapkan batas stoploss? padahal backtest indikator apapun sudah dijalani. Sejalan waktu dan pengalaman baru ternyata di temukan mengapa suatu harga saham sulit diprediksi.
Dengan kejadian terjadinya krisis di Eropa semakin MEMBUKA mata saya tentang market. Saya ingin mencoba sharing kepada pembaca tentang contoh sebagai berikut: Kita tahu bahwa Surat Utang suatu Negara adalah suatu instrumen yang boleh dikatakan zero risk. Namun nyatanya / FAKTA menyatakan lain...kita tahu Surat Utang Spanyol saja peringkatnya BISA TURUN, peringkat TURUN ARTINYA adanya peningkatan resiko, nah bagaimana mungkin kita bisa mengambil suatu keputusan buy sell suatu saham hanya MURNI berdasarkan backtest indikator tanpa mempertimbangkan hal-hal lain di luar Technical ? Itu poinnya.
Jika Anda seorang Trend Trader, maka besar kemungkinan bisa menghasilkan cuan dengan hanya menggunakan TA, syaratnya : anda haruslah trend trader medium/long term. Itu sebabnya jika anda melihat CNBC , maka para analis big fund menggunakan MA 200 atau MA 60 sebagai patokan, Pernahkah anda lihat di CNBC atau bloomberg analis TA menggunakan MA 3 atau MA 5?
Semain pendek timeframe anda, semakin risk akan naik dan semakin besar pula kesalahan yang akan terjadi. HANYA SEDIKIT SEDIKIT ORANG yang berhasil cuan dengan trading di time frame pendek. Jika tidak percaya, coba lihat kembali portofolio anda sepanjang dari januari 2011 - sekarang, karena sejak januari hanya ada 2x koreksi besar. Long Run trader jangka pendek hampir pasti loss. siapa yang bisa menang? yaitu long run yang bisa menang adalah long term trend trader.
Market mempunyai perilakunya sendiri. Hal atau bagian tersulit mempelajari perilaku market adalah soal timing/waktu, kapan suatu koreksi atau bull rally akan terjadi. Itu bagian tersulitnya. Namun seringkali trader terjebak pada hal-hal kecil yang seolah-olah melihat harga akan naik terus. Contoh paling mudah adalah : perhatikan di media jejaring sosial atau media lainya, hampir 90% selalu ada rekomendasi BUY, pertanyaanya: apakah market selalu naik?naik karena harapan atau kenyataan?
Sebetulnya jika ingin profit maksimal dan konsisten hanya ada 1 cara yaitu BELI disaat MURAH dan JUAL di saat mahal ( harga naik atau mencapai puncak ). Masalahnya adalah : Timingnya. Banyak orang justru TAKUT/FEAR disaat market bearish. Padahal itulah timing tepat untuk membeli. Perilaku manusia selalu sama, selalu melihat depan jalan tanpa mau melihat ujung jalan, dengan kata lain selalu ingin mendpaatkan profit dalam waktu relatif singkat, padahal kenyataanya seringkali terbalik dengan harapan.
Market ada potensi untuk bergerak mendatar dengan kecenderungan jatuh wajar dalam 1-2 pekan kedepan sebelum kembali rally untuk tembus 4000. Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment